Kamis, 02 April 2009

Aloy's Band riwayatmu kini

Aloy's band adalah sebuah band yang beranggotakan para Mudika senior dari Mudika St. Aloysius Kepanjen. Band ini digawangi Pepez (drummer), Andra (bassist), Aang (melody), Wendy (pianist), Wahyu (vocalist / ryhtm), Danis(vocalist).






Band ini memulai debut mereka yang pertama di SMPK St. Yoseph Kepanjen, yaitu pada saat pensi sekitar tahun 2008 yang lalu.

Hal yang menarik dari mereka adalah, pada saat maen band sering tukar alat, jadi ada saat pepez jadi vokalis, gitaris ataupun basist, begitupun yang lain, jadi setiap ganti lagu pasti mbulet duluan tukar2 alat, repot ae, hehe...

Ada juga hal lain yang menarik dari band ini, setiap kali tampil, mereka hanya berlatih paling cepat 1 minggu sebelum tampil, bahkan ada pula yang 3 hari sebelum tampil baru mulai cari lagu terus latihan, pokok bonek mania deh, hehe...

Tetapi, kini Aloy's band sudah semakin pudar (cieelah, puitis banget..). Setelah kehilangan gitaris melodi mereka yaitu Aang, yang kini udah hijrah ke jogja, karena mencari modal untuk masa depan (baca : kerja), mereka kini semakin jarang buat berkumpul dan latihan bareng.

Bahkan alat-alat musik yang dulu sering dipakai buat latihan kini menjadi tidak terawat dan kusam ditelan jaman.

Apakah yang telah terjadi pada dirimu Aloy's?
Apakah hanya sampai sekian perjuanganmu??
Mampukah engkau bangkit dari kekalahanmu???

Semangat, Kita Pasti Bisa!!
_________________________________________________________
~ Totalitas & Loyalitas everywhere ~

Selasa, 31 Maret 2009

Rapat Paduan Suara

Tanggal 29 Maret 2009 telah diadakan rapat pertama Paduan Suara Mudika Kepanjen "Aloy's voice".

Acara yang dalam undangan ditulis pukul 8.00 WIB akhirnya baru dimulai pukul 9.00 WIB, Indonesia banget yah, hehehe..

Acara dibuka dengan doa oleh Wahyu, setelah itu dilanjutin sosialisasi hasil rapat para pengurus bersama Romo Kus yang sudah diadakan pada hari Rabu tanggal25 Maret yang lalu, yang dilanjutin dengan rapat terbuka (baca: jalan-jalan) ke Stadion Kanjuruhan kepanjen.

Setelah sosialisasi, Ce Nia ganti jadi pembawa acara buat ngasih motivasi kepada teman-teman Mudika (motivator banget nih).

Setelah dipancing-pancing(ikan kali..), akhirnya keluarlah ide-ide gila dari para peserta rapat, ada yang usul bikin Café hotpsot, ada yg usul bikin distro, ada yang usul bikin PS'an, bahkan ada juga yang usul bikin pusat Karaoke and Dugem, emang bener-bener ide gila tuh, hehe..

Setelah semua ide dikeluarin, acara selanjutnya dibawain oleh Andreas selaku koordinator Paduan Suara, semua yang hadir jadi dapet bagian suara entah sopran, alto, tenor maupun bass, tapi gag ada yang suara perut loh, hehe..

Setelah itu, kembali Ce Nia sosilalisasi buat acara Jumat Agung, yang rencananya mau bikin Ibadat Tujuh Sabda. lalu diadakan pemilihan petugas, yaitu Danis, Yudhit, Laras, Novi, Opy, Daniel, Hendy buat jadi Pembaca Ibadat. Setelah para petugas terpilih, acara dilanjutin dengan penentuan waktu pelaksanaan latihan selanjutnya, yang akhirnya disepakati hari sabtu dan Minggu yang akan datang.

Dan akhirnya tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang di dunia ini yaitu m a k a n, hehe.. Ce Nia udah bikin mie satu panci gede, ya udah, anak-anak pada menyerbu panci mie, sehingga dalam waktu tidak kurang dari setengah jam, panci itupun kering kerontang, tanpa daya (lebay mode on), untung pancinya gag diakan sekalian, hehe..

Setelah peyut kenyang, (biasa, kekenyangan jadi omong nya gak jelas, hehe..), acara dilanjutin dengan foto bareng di depan taman, busyet kaya orang dari mana aja, kaya ga pernah liat kamera, seneng banget anak-anak, dengan bangganya nunjukin ke"narzis"an mereka masing-masing tanpa ditutupi lagi, hidup narzisme! hehe...

Setelah semuanya berlalu (puitis banget..), semua anak pulang dengan hati senang dan gembira serta perut yang kenyang, hehe....

______________________________________________

~ Totalitas and Loyalitas everywhere ~

St. Aloysius Gonzaga

Aloysius Gonzaga (1568–1591)

Santo pelindung kemurnian kaum muda Katolik yang dilambangkan dengan seorang frater dan bunga lili (bakung).


Aloysius Gonzaga, biasa dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Mantua, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putera tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence. Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup a-susila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan memelihara kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkan- nya selagi berusia 10 tahun (1578). Dikemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus Pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus. Pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Di sinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Jesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Jesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Jesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama. Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi teologi di Kolese Roma. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuliah teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belas kasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya. Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri akhirnya terserang penyakit berbahaya itu. Pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. ia meninggal setelah tiga bulan menderita. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolese Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius.
(disunting dari
www.st-yohanesbosco.org)